Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Selasa, 05 April 2011

Menelusuri Taman Puring

Pasar Taman Puring atau yang lebih akrab dipanggil dengan tampur merupakan pasar yang wajib dikunjungi jika kita mencari barang-barang bermerk dengan harga yang terjangkau. Setiap hari, pasar ini selalu ramai di datangi para calon pembeli.
Pasar Taman Puring atau yang biasa lebih dikenal dengan sebutan tampur. Pasar ini memang tidak pernah luput dari masyarakat yang ingin mencari barang-barang bermerk. Dulu taman puring adalah lokasi dimana angkutan-angkutan umum mangkal sehingga sering kali menimbulkan kemacetan. Pasar ini dikenal dengan pasar yang menyediakan barang-barang selundupan atau barang-barang black market.
Pasar ini sempat menjadi tempat angker karena dikabarkan menjual barang-barang hasil kriminal. Kabarnya, para perampok dan pencuri menjual kembali barang hasil curian dan rampokannya untuk dijual kembali di pasar ini.
Pada tahun 2002 pasar ini mengalami kebakaran. Dampak positif dari kebakaran ini adalah pasar ini di bangun kembali dan dijadikan pasar modern. Merupakan hasil dari kerja sama dari kalangan sesama penjual yang meminta kepada Gubernur DKI JAKARTA yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Sutiyoso agar membangun kembali pasar ini. Tidak lama setelah pengajuan tersebut, Sutiyoso mengabulkan permintaan para pedagang untuk membangun kembali pasar tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Gubernur Sutiyoso mengucurkan dana 10 milyar untuk membangun kembali pasar tersebut. Hal ini pun menjadi sesuatu kabar yang sangat menggembirakan bagi para pedagang di Pasar ini.
Kini, pasar tersebut tidak lagi menjual barang-barang selundupan ataupun barang-barang hasil curian. Yang ada kini hanya barang-barang second dan barang-barang baru yang dijual dengan harga jauh lebih murah apabila kita membelinya di mall. Barang-barang baru yang dijual dipasar ini bisa jauh lebih murah dikarenakan tidak dikenakan pajak yang sebesar di mall atau pertokoan lainnya. Memang yang menjadi perbedaannya adalah di pasar ini tidak mendapatkan garansi seperti di mall atau pertokoan lainnya. Akan tetapi jarang bagi para pembeli yang kembali kepada penjual karena adanya permasalahan dalam barang yang ia beli.
Ketika saya melihat pasar ini dari kejauhan, yang tampak hanya kerumunan para pembeli. Pasar ini memang diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima. Pasar ini memiliki 2 lantai. Pada lantai pertama terdapat penjual sepatu, tas, baju, kacamata, jam wewangian dan juga handphone. Jika kita naik ke lantai dua, keadaannya sangat berbeda dengan lantai pertama. Di lantai dua ini jauh lebih sepi daripada lantai satu. Di lantai ini terdapat service elektronik seperti setrika dan radio. Terdapat tukang loak dan tukang penjual kaset-kaset bekas yang jika diperhatikan dari kasetnya, sangat terlihat bahwa kaset tersebut umurnya sudah menahun, terdapat pula penjual minuman seperti jus yang sedang asik meracik minuman untuk para pembeli.
Pasar ini terlihat nyaman karena adanya taman yang diberi nama Taman Puring yang merupakan nama dari pasar ini juga, tepat disebelah kanan pasar ini. Taman yang luasnya 13.000 m² yang berlokasi di kelurahan keramat pela dan kecamatan kebayoran baru ini memeberi kesan yang beda dari pasar kebanyakan.
Saya menelusuri pada bagian samping kiri dan kanan pasar ini. Di samping kiri terdapat penjual yang menjual alat-alat pertukangan dan juga terdapat parkir motor. Dibagian kanan pasar terdapat penjual aksesoris mobil dan juga para penjual makanan yang akhirnya saya temui juga di pasar ini. Terdapat berbagai macam penjual makanan. Seperti makanan masakan padang dan juga makanan-makanan khas Indonesia lainnya. Di samping kantin ini, terdapat musola dan kamar kecil.
Pada saat saya sedang melihat-lihat jam di salah satu toko jam di pasar ini, disamping saya terdapat seorang perempuan yang sedang melakukan tawar menawar dengan sang pedagang. Saya berkenalan dengan perempuan tersebut yang bernama Kikid. Kikid ternyata baru kali ini mendatangi Pasar Taman Puring ini. Ia mengatakan ”Kenapa gue bisa ke tampur, karena tadinya gue mau nyari jam di melawai tapi tetep aja yang kata orang murah bagi gue harganya selangit. Jadi dari situ gue ke tampur naik metromini 69, pas nyampe, agal ilfeel sih, soalnya abis ujan jadi becek, nyaris pasar banget. Dari luar juga kayaknya barangnya juga biasa aja”
Ia mengaku sangat takjub dengan Pasar Taman Puring setelah memasuki pasar ini. Sebab apa yang ia lihat dari luar pasar ini sangat berebeda dengan yang ia lihat setelah masuk ke dalam pasar ini. “Tapi pas gue masuk, barang-barangnya wow banget. Dari merk A-Z ada semua. Dan gue langsung cari jam yang jadi tujuan utama gue, emang sih nawarinnya ada yang dari jutaan sampe Rp 200.000 an. Dan emang semuanya bermerk. Akhirnya gue dapet jam yang ditawarin harga Rp. 500.000 tapi jadi Rp. 200.000, dan dapet kotaknya juga. Nyaris asli”.
Kikid merasa menyesal baru kali ini masuk ke Pasar Taman Puring. ”Gila. Kalo tau kayak gini, dari dulu gue cari barang-barang bermerk disini aja. Ga perlu jauh-jauh ke Pasar Senen. Lebih deket banget dari rumah gue. Hahaha”. Ujar Kikid sambil merasa malu karena baru pertama kali ke Pasar Taman Puring padal sejak lahir ia sudah tinggal di Jakarta. Kikid juga menambahkan satu hal yang membuat ia sangat terkejut ” Dan satu lagi yang bikin wow, yang belanja disini ternyata orang-orang berkelas. Bukan orang bawahan seperti yang gue bayangin. Jadi makin nyesel gue baru kenal sama Tampur sekarang. Hehehe”
Tidak selama pasar menjadi tempat yang malas untuk dikunjungi karena suasananya yang tidak mendukung. Bau, sesak, ramai bahkan rawan copet selalu menjadi gambaran umum dari kata Pasar. Pasar Taman Puring menjadi salah satu bukti bahwa pasar bisa menjadi tempat yang mengasikan untuk berbelanja. Atau bahkan hanya sekedar untuk cuci mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar